Pertempuran marketing yang sesungguhnya adalah di Field. Siapa yang menang di Field, maka dialah yang akan sukses. Strategi secanggih apapun tidak akan berguna jika eksekusi di lapangannya amburadul, oleh karena itu posisi field marketing sangat penting.
Apalagi pasca reformasi, landscape bisnis Indonesia telah berubah total di mana semangat lokal semakin mengemuka karena otonomi daerah. Strategi marketing yang dahulunya dibuat seragam dan massal secara nasional, sekarang ini terpaksa dibuat beragam agar sesuai dengan budaya dan nilai lokal. Di sinilah peran penting seorang field marketer, field marketer sekarang ini dituntut paham strategis selain Mahir eksekusi.
Agar bisa mencetak kinerja field marketing yang maksimal, field marketer harus mempunyai bekal konsep marketing yang kuat. Tidak harus menguasai konsep yang terlalu teoritis dan detail seperti marketer di kantor pusat tentunya, namun cukup toolkit-toolkit yang praktis dan mudah dipakai sebagai pedoman eksekusi di lapangan.
Di dalam buku Boostinging Field Marketing Performance, Hermawan Kartajaya menyediakan 5 buah toolkit yang menjadi pembahasan buku ini.
Toolkit pertama adalah segmentasi dan targeting. Toolkit kedua dalam Marketing Mix. Toolkit ketiga adalah seling. Toolkit keempat adalah service. Toolkit kelima adalah mengelola proses.
Kalimat toolkit di atas dibahas dalam bagian pertama buku ini. Kemudian di bagian kedua, Hermawan Kartajaya mengulas tentang implementasi marketing di tiga perusahaan yang menjadi pembicara tamu, yaitu Yamaha Motor Kencana Indonesia, pelumas Pertamina Enduro, dan Garuda Food. Ketiga perusahaan ini dipandang layak menjadi best practice implementasi field marketing di Indonesia.
—-
Data Koleksi
Call number: 658.83 Kar b
Hermawan Kartajaya. 2006. Boosting Field Marketing Performance. Jakarta: Markplus&Co