Judul buku: Famillionaire!: membangun bisnis keluarga yang solid dari generasi ke generasi
Penulis: Nurlela Zubir
Penerbit: Hikmah
Tahun terbit: 2008
Call Number: 338.04 Zub f


Deskripsi Buku:

Dalam jajaran orang paling kaya di Indonesia, kita akan menemukan deretan nama keluarga seperti keluarga Hartono, Keluarga Salim, keluarga Bakrie, keluarga Sampoerna dan sebagainya. Bahkan beberapa konglomerasi besar seperti jaringan hotel Mariot, Samsung, Cargill, L’oreal dan lainnya adalah perusahaan keluarga. Mereka adalah contoh sukses pengelolaan usaha keluarga jadi konglomerasi besar. 

Apakah semudah membalikan telapak tangan dalam mengelola usaha keluarga? Bekerja dengan keluarga tidak semudah yang dikira. Salah melangkah sedikit dapat menjerat kita dengan 1001 masalah. Memang banyak bisnis keluarga yang berjaya selama generasi ke generasi, namun tidak sedikit pula para pelakunya yang terpaksa  gulung tikar karena berpecah belah. Bahkan dalam beberapa kasus, hal itu juga dapat merenggangkan hubungan persaudaraan yang telah lama terjalin.

Bagaimana tips membangun bisnis keluarga yang solid dari satu generasi ke generasi? Nurlela Zubir, seorang pengusaha asal Malaysia, berbagi pengalaman dalam mengelola bisnis keluarga lewat bukunya  Famillionaire!
Buku tipis yang membahsa seluk beluk bisnis keluarga.

Ada perbedaan yang mendasar di bisnis keluarga dengan bisnis pada umumnya, yaitu pewarisan pengelola utama bisnis. Biasanya dalam bisnis keluarga, factor keturunanlah yang lebih dominan. Selain itu, adanya perbedaan mentalitas antara pendiri dengan generasi penerus. Pendiri usaha yang berjuang keras membangun bisnis dari nol harus berusaha dalam keadaan serba-kekurangan. Sedangkan   generasi penerus mengambil alih bisnis yang telah mempunyai fondasi yang kukuh dan kuat sehingga mungkin saja ia tidak perlu merasa bersusah payah dalam membangun usaha itu. Jika mentalitas pewaris bisnis seperti itu, jangan berharap ahli waris bisnis akan membuat bisnis keluarga mereka bertahan lama.

Dalam buku Famillionair, Nurlela Zubir juga mendedah 22 masalah klasik pengelolaan bisnis keluarga. Masalah dari tidak disiplin, anggaran perusahaan dan keluarga tercampur, kaki tangan perusahaan yang kurang berkualitas, tidak bisa membaca laporan keuangan, tidak menjaga reputasi, sampai sulitnya mencari calon pengganti. Selain membahas ke 22 masalah tersebut, penulis juga berbagi tips dalam menangai masalah-masalah tersebut. Khusus untuk mencari calon pengganti pengelola utama bisnis keluarga, dibuatkan satu bab khusus yang menbahasnya disertai contoh-contoh kasus.

Ketika bisnis menanjak, biasanya akan ada anggota keluarga lain yang ingin ikut bekerja. Bukankah saat paling tepat menolong keluarga, adalah saat bisnis maju? Dalam bab 8 buku ini dibahas mengenai penyertaan anggota keluarga dalam bisnis keluarga.
Akhir kalam, buat anda yang berkecimpung di bisnis keluarga tidak ada salahnya membaca buku ini. Siapa tahu anda yang lagi kepusingan mengurusi benang kusut masalah bisnis keluarga bisa mengambil tips-tips dan pengalaman dari penulis buku ini. Sekian