Rara, bocah penghuni rumah tak berjendela di sebuah perkampungan kumuh di pinggiran Jakarta. Ia punya mimpi sederhana: Memiliki jendela untuk rumah tripleks nya.
Tak usah banyak-banyak. Cukup satu saja. Agar dalam rumah tiap malam dia bisa menatap keindahan bulan, agar tiap pagi dia bisa melihat senyum matahari, agar setiap siang dia bisa melihat kupu-kupu capung dan ramainya rintik hujan.
Rara tidak sendiri memburu mimpi. Dua pemuda jatuh cinta dan mengimpikan sosok yang sama. Seorang gadis menyalakan bunga mimpi untuk kemudian menyerah dan terlupakan.
Sementara di sebuah rumah megah, seorang bocah laki-laki berjuang untuk bebas dari kotak pikirannya sendiri. Ia merindukan kehangatan keluarg, juga uluran persahabatan yang tulus. Tak semua impian bertakdir jadi kenyataan.
Berbagai peristiwa tragis tak hanya menjauhkan dari mimpinya, juga dari orang-orang tercinta. Lantas, bagaimana ia dapat melanjutkan hidup, satu persatu kebagian dan sumber impian kembali ke pangkuan-Nya?
Sebuah jalinan kisah sederhana yang menyentuh yang telah diangkat ke layar lebar dengan judul film yang sama: Rumah Tanpa Jendela.
===
Data Koleksi Pustakaloka Nus
Call number: 813 Nad R
Asma Nadia. 2011. Rumah Tanpa Jendela. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Categories: